Latest News

Monday, July 28, 2014

Halal bi halal uskup Bandung dan rombongan...















Halal bi halal uskup Bandung dan rombongan...

Source : FB Diana Lado Bara

Sunday, July 27, 2014

MODEL CANTIK ASAL SPANYOL MENJADI BIARAWATI



MODEL CANTIK ASAL SPANYOL MENJADI BIARAWATI

Pada puncak karirnya yang sedang berkembang, Olalla Oliveros, 36 tahun, seorang model cantik asal Spanyol, telah melepaskan segalanya untuk menjadi seorang biarawati.

Oliveros telah menjalani karir sebagai model iklan, TV, dan aktris, namun kini ia telah bergabung dengan Ordo Santo Mikhael, sebuah kongregasi semi-kontemplatif.


Tidak ingin mengumbar cerita yang mendetil, Oliveros hanya menyebutkan sebuah pengalaman "mengguncang" yang dialaminya saat sedang berziarah ke Fatima. Ia merasa pengalaman itu aneh, namun ia tak mampu menghapus bayangan di benaknya akan dirinya berjubah sebagai seorang biarawati.

Seiring waktu ia menyadari bahwa bayangan tersebut merupakan sebuah panggilan. "Tuhan tidak pernah salah. Dia bertanya apakah saya hendak mengikuti-Nya, dan saya pun tidak dapat menolak."

Sebelum Oliveros, beberapa selebriti diberitakan telah masuk biara. Salah satunya adalah Amada Rosa Perez, seorang model asal Kolombia.

"Menjadi seorang model berarti menjadi sebuah panutan, seseorang yang nilai-nilainya berharga untuk ditiru, dan saya sudah lelah menjadi model kepalsuan," tutur Perez kepada surat kabar El Tiempo. "Saya sudah lelah akan dunia kebohongan, sandiwara, kepalsuan, kemunafikan, dan tipu muslihat, sebuah masyarakat yang penuh nilai-nilai jahat yang mengusung kekerasan, perzinahan, narkoba, alkohol, perkelahian, dan sebuah dunia yang mengagungkan kekayaan, kesenangan, pelanggaran susila, dan penipuan."

***
Disarikan dari:

Pat Archbold. "Beautiful Model Gives Up Flourishing Career To Become Nun." National Catholic Register.
<http://www.ncregister.com/blog/pat-archbold/beautiful-model-gives-up-flourishing-career-to-become-nun#ixzz38fJ4GdAV>

Anugrah Kumar. "Popular Spanish Model Olalla Oliveros Becomes Catholic Nun After 'Earthquake' Experience." The Christian Post.
<http://www.christianpost.com/news/popular-spanish-model-olalla-oliveros-becomes-catholic-nun-after-earthquake-experience-121594/>

***
(Matius 13:44-46)

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

***

—Servus Veritatis—





Tuesday, July 22, 2014

PERSONALITY TEST ( Mari Main Tebak-Tebakan )



This is cool... L00K at the trees and choose the one that is immediately most appealing to you. I'm number 8
Don’t think about it too long, just choose, see what hits you first, and find out what your choice says about your personality, have FUN and share your choice in the comments. Thank You . . . Results...








The results . . .
1. You are a generous and moral (not to confuse with moralizing) person. You always work on self-improvement. You are very ambitious and have very high standards. People might think that communicating with you is difficult, but for you, it isn't easy to be who you are. You work very hard but you are not in the least selfish. You work because you want to improve the world. You have a great capacity to love people until they hurt you. But even after they do. . . you keep loving. Very few people can appreciate everything you do as well as you deserve.

2. You are a fun, honest person. You are very responsible and like taking care of others. You believe in putting in an honest day's work and accept many work-related responsibilities. You have a very good personality and people come to trust you easily. You are bright, witty and fast-thinking. You always have an interesting story to tell.

3.You are a smart and thoughtful person. You are a great thinker. Your thoughts and ideas are the most important. You like to think about your theories and views alone. You are an introvert. You get along with those who likes to think and learn. You spend a lot of time, thinking about morality. You are trying to do what is right, even if the majority of society does not agree with you.

4. You are perceptive and philosophical person. You are a unique, one soul of your kind. Next to you there's no one even slightly similar to you. You are intuitive and a bit quirky. You are often misunderstood, and it hurts you. You need personal space. Your creativity needs to be developed, it requires respect of others. You are a person who clearly sees the light and dark sides of life. You are very emotional.

5. You are self-assured and in charge. You are very independent. Your guiding principle in life is 'I'll do it my way.'. You are very self-reliant and know how to stay strong for yourself and the people you Love. You know exactly what you want and are not afraid of pursuing your dreams. The only thing you demand from people is honesty. You are strong enough to accept the truth.

6. You are kind and sensitive. People relate to you very well. You have many friends and you love helping them. You have this warm and bright aura that makes people feel good when they are around you. Every day, you think about what you can do to improve yourself. You want to be interesting, insightful and unique. More than anybody else in the world, you need to love. You are even ready to love those who don't love you back.

7. You are happy and unflappable. You are a very sensitive and understanding person. You are a great listener who know how to be non-judgmental. You believe that everybody has their own journey in life. You are open to new people and events. You are highly resistant to stress and rarely worry. Normally, you are very relaxed. You always manage to have a good time and never lose your way.

8. You are charming and energetic. You are a fun person who knows how to make people laugh. You live in a state of harmony with the universe. You are spontaneous and enthusiastic. You never say no to an adventure. Often, you end up surprising and even shocking people. But that's just how you are. . . You always remain true to yourself. You have many interests and if something proves of interest to you, you will not rest until you acquire a profound knowledge of this area.

9. You are optimistic and lucky. You believe that life is a gift and you try to achieve as much as possible and put this gift to the best use possible. You are very proud of your achievements. You are ready to stick by the people you care about through thick and thin. You have a very healthy approach to life. The glass is (at least) half full for you.

You use any opportunity to forgive, learn, and grow because you believe that life is too short to do otherwise. ●▬▬▬ LIKE Black heart (cards) SHARE Black heart (cards) TAG ▬▬▬● If you LIKE, "Like" it and click "Share" to pass it forward!


Source : 
FB 
95.7 KJR

Sunday, July 20, 2014

"ANDA PERLU TANDA, TUHAN TANYAKAN IMANMU"





"ANDA PERLU TANDA, TUHAN TANYAKAN IMANMU"
 Mat.12:38-42;

Secara umum dan normal, kita manusia selalu memerlukan tanda untuk percaya akan apa yang orang katakan atau telah perbuat.

Namun, ketika Yesus menjawab orang-orang Farisi yang memerlukan tanda dari Surga maka Yesus menjawab bahwa "tanda nabi Yunus" kiranya sudah cukup. Apa yang luar biasa dari orang-orang Niniweh adalah ketika mendengarkan seruan nabi Yunus, mereka tidak bertanya lagi tentang tanda atau bukti dari kata-kata sang nabi, melainkan dari pihak mereka, umat mulai berkabung, berpuasa dan bermati raga sebagai ungkapan pertobatan mereka.

Hal ini justru bertolak belakang dengan kelakuan orang-orang Farisis yang bebal hatinya. Kesembuhan, pengusiran roh jahat, perbanyakan roti dan bahkan orang mati yang dihidupkan sudah dilakukan di hadapan mereka, namun mereka masih ragu dan memerlukan tanda lain lagi.

Karena itu, kukatakan kepadamu pagi ini;Tanda dan mujizat sangat membantu dan meyakinkan orang beriman akan apa yang kita percayai, namun mujizat dan tanda bukanlah tujuan dan segalanya. Semuanya itu hanyalah sarana untuk sampai kepada tujuan awal dan akhir hidup manusia yakni Allah sendiri. Intinya, manusia memerlukan tanda dan bukti untuk percaya tapi Allah selalu menginginkan darimu iman yang membuka pintu rahmat dan mujizat bagimu. Pun kalau tidak ada mujizat maka percayalah bahwa EKARISTI KUDUS yang kita rayakan setiap saat adalah BUKTI TERBESAR bahwa Yesus telah wafat, mati dan bangkita bagi saudara dan aku.

Tidak cukup bagi kita untuk meminta tanda dan bukti cinta dari Allah, tapi saudara dan aku adalah bukti cinta Tuhan kepada dunia. Marilah kita menjadi tanda dan bukti cinta Allah kepada dunia lewat kata dan perbuatan kita setiap saat.

Salam dan doa dari seorang sahabat untuk para sahabatnya,

Senin, 21 Juli: Mat.12:38-42;

***Rinnong - Duc in Altum***
Source : Inno Ngutra






KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA



KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA
BACAAN: Mikha 6:1-4,6-8; Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23; Matius 12:38-42 


“… Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” – Matius 12:38

Orang terus menuntut tanda (lihat Matius 12:38); sehingga pemazmur berkata: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku” (lihat Mazmur 50:16-17). Akibatnya, terang Allah memudar dalam keluarga, gereja, bekerja, dan masyarakat sehingga Tuhan menegur: “Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!” (lihat Mikha 6:2-3). “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (lihat Yeremia 31:3). Allah bahkan mengutus Putera-Nya menjadi silih dosa manusia (lihat Mikha 6:7). Agar kelak tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar segera menerima Sakramen Tobat untuk “menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib” (lihat Kolose 2:14). Doronglah mereka taat pada firman Tuhan (lihat Yesaya 66:2); tak ubahnya seorang prajurit (lihat 2Timotius 2:4). Sebab, “orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal” (lihat 1Korintus 9:25). Rasul Paulus mengajarkan: “Aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (lihat 1Korintus 9:27). “Janganlah anggap enteng teguran Tuhan” (lihat Ibrani 12:5). Tegaskan, kita tidak “sederajat” dengan Allah (lihat Mazmur 50:21).

Bacaan pertama hari ini ingin mengingatkan bahwa kebebasan atau kemerdekaan hanya dapat diraih bila melakukan tiga hal, yaitu: bertindak adil, penuh belas kasihan, dan hidup rendah hati di hadapan Allah; yang disampaikan Mikha: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (lihat Mikha 6:8). Meski Tuhan sudah menuntun bangsa Israel “keluar dari tanah Mesir” dan “telah membebaskan dari rumah perbudakan” (lihat Mikha 6:4); mereka berani berkata: “Berikan kami kenikmatan, siapa yang peduli dengan kemerdekaan.” Orang ditekan tubuh fana karena tidak mau menderita dan dihantui takut akan kematian sehingga lebih memilih tetap menjadi budak di Mesir ketimbang menjalani kemerdekaan dengan harus berkelana di gurun pasir (lihat Keluaran 14:12). Mereka bersedia terenggut kemerdekaannya hanya oleh sayuran dan bumbu dapur, seperti: ketimun, melon, bawang bombay, bawang merah, dan bawang putih (lihat Bilangan 11:5). Esau melakukan hal yang sama, dia menjual hak kesulungannya dengan sekeping roti dan semangkuk sup kacang merah (lihat Kejadian 25:34). Sampai hari ini, tidak sedikit anak-anak Tuhan yang berperilaku seperti orang Israel yang tak kenal henti menuntut tanda (lihat Matius 12:38); meski mereka sebenarnya “jahat dan tidak setia” kepada Allah karena hanya mengikuti keinginan dan hawa nafsu tubuh fana (lihat Matius 12:39); dan tidak perduli akan hari penghakiman (lihat Matius 12:41-42).

Bani Israel tidak bersyukur atas tanda dari Allah (lihat Matius 12:38); yang telah membuat mukjizat, dan pembebasan dari wabah air menjadi darah, kodok, nyamuk, lalat, sampar, bisul, hujan es, serbuan belalang, gelap gulita , dan kematian anak sulung. Mereka malah mengikuti pikiran ketakutan dari tubuh fana bahwa hanya akan menjadi korban pembantaian pasukan Mesir dan mati di padang pasir (lihat Keluaran 14:11). Ketika putus asa melihat bangsanya memilih diperbudak kembali oleh orang mesir, berdoa dan Allah menjawab: “Mengapa engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada bangsa Israel supaya mereka berjalan terus” (lihat Keluaran 14:15). Rasul Paulus mengingatkan bahwa kebebasan dari Allah bukan untuk memenuhi keinginan daging, “tetapi kebebasan yang membuat kamu saling melayani dalam kasih” (lihat Galatia 5:13). Untuk mencegah agar tidak kembali jatuh ke dalam perbudakan tubuh fana, orang harus mengikuti hati nurani di mana Roh Allah bersemayam (lihat Roma 5:5); yang mengajarkan agar: mengasihi, memaafkan, dan mendoakan musuh, mendoakan pasangan hidup dan keluarga, menjadi saksi Yesus di manapun berada, berdoa, membaca, dan merenungkan firman Tuhan, mengubah gaya hidup seturut perintah Allah, rajin menyatukan diri dengan tubuh Kristus lewat Misa harian, melayani sesama, menjalani perpuluhan dan sedekah, berdoa puasa, dan terus memikul salib sambil mengikuti Yesus agar Dia tidak perlu bertanya: “Hai umat-Ku, apakah yang telah Ku-lakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!” (lihat Mikha 6:3).

Allah berjanji: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau” (lihat Mazmur 50:15); dan “siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Ku-perlihatkan kepadanya” (lihat Mazmur 50:23). Tuhan membuktikan waktu bangsa Israel dimerdekakan dari kejaran balatentara Firaun. Musa menenangkan bangsanya dengan berkata: “Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (lihat Keluaran 14:14). Musa menerima janji itu sebelum Allah menyelamatkan orang Israel sehingga mereka bisa menyeberangi Laut Merah dan pasukan Mesir binasa oleh tamparan dan renggutan dinding air yang menyatu kembali. Inilah simbol Pembaptisan. Bila orang melangkah seturut janji baptis, mereka cukup berdiam diri karena akan melihat kemenangan yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, orang tidak akan pernah melihat kemenangan yang diberikan Allah bila mengikuti keinginan tubuh fananya. Oleh Pembaptisan dan pembaruan janji baptis, diri ini berada dalam Kristus sebagai manusia baru (lihat Kolose 3:10); anak-anak Allah (lihat Roma 8:15; Galatia 4:6; 2Timotius 1:7); yang ditebus oleh darah Yesus sehingga menjadi bait Roh Kudus dan anggota Gereja-Nya: tubuh Kristus (lihat 1Korintus 6:19-20). Ahli Taurat dan orang Farisi sama seperti nenek moyang mereka, yang meski begitu banyak mukjizat, tanda, dan pembebasan sudah diberikan Tuhan, mereka terus mendesak Tuhan agar membuat lebih banyak lagi mukjizat, tanda, dan pembebasan karena tak bisa mengucap syukur sehingga selalu merasa kurang dan tak pernah merasa puas (lihat Matius 12:38).

Oleh tubuh fana, orang berjuang mengejar kehidupan, kemerdekaan, dan kesenangan menurut ajaran dunia. Seperti bangsa Israel, mereka memilih kenikmatan dan pelampiasan hawa nafsu ketimbang kemerdekaan. Orang begitu gegabah menukar kemerdekaan di dalam Yesus dengan kenikmatan sesaat, seperti: dosa seksual, korupsi, manipulasi, tidak mau memaafkan, memperbudak sesama termasuk keluarga, dan lainnya. Ingatkan mereka agar berhenti berlari dalam kesia-siaan sebab: “Putera Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya yang akan mengumpulkan semua orang yang menyesatkan dan yang melakukan kejahatan. Semua orang ini akan dibuang ke dalam tanur api yang bernyala-nyala di mana akan ada tangis dan kertak gigi” (lihat Matius 13:41-42). Dalam Injil hari ini (lihat Matius 12:39-40), Yesus memberitahu tentang salib, kematian, dan kebangkitan-Nya. Karenanya, pakailah ‘Tanda Salib’ seperti lampu pengatur lalu lintas di mana orang berhenti bila lampu merah menyala dan bergerak ketika berganti lampu hijau. Ketika melihat patung Yesus yang tersalib dan yang berhubungan dengan-Nya, diri ini sebaiknya bereaksi yang sama, yaitu: segera berhenti, doa singkat, dan menatap-Nya agar pandangan selalu tertuju kepada Yesus (lihat Ibrani 12:2). Kita menatap penuh hening di hadapan Allah yang menjelma menjadi manusia, Hamba Penderitaan, yang sedang tergantung sekarat dipenuhi dengan bilur-bilur yang mengeluarkan darah (lihat Yesaya 52:14-15). Di dalam keheningan itu, orang mungkin akan mendengar Yesus berkata: “Diamlah dan ketahuilah bahwa Aku-lah Allah!” (lihat Mazmur 46:11).

Tuhan bersabda: “Kamu akan menjadi murid-murid-Ku jika kamu tetap berpegang pada perkataan-Ku” (lihat Yohanes 8:31). Kita bukan mencari tanda (lihat Matius 12:38); tetapi mencari sabda-Nya agar bisa hidup taat sebagai ucapan syukur atas kerahiman-Nya (lihat Yohanes 14:15-23). Hanya Yesus Kebenaran (lihat Yohanes 8:32); yang bisa membebaskan dari belenggu dosa (lihat Yohanes 8:36). Yesus datang ke dunia untuk memberi kemerdekaan kepada orang-orang yang berharap kepada-Nya (lihat Lukas 4:18); yaitu: “dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (lihat Roma 8:21). “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (lihat 2Korintus 3:17). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar: “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah” (lihat 1Petrus 2:16); supaya tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42); karena upah dosa adalah kematian (lihat Roma 5:23). Anjurkan agar tidak membiarkan mata dibuat liar oleh tubuh fana (lihat Ayub 31:1); menjaga lidah hanya untuk memuliakan Tuhan (lihat Yakobus 3:5-6); dan tidak mengikuti keinginan perut dan hal-hal duniawi (lihat Filipi 3:9); tak henti memohon buah-buah Roh Kudus, termasuk roh takut akan Allah (lihat Yesaya 66:2); agar bisa menguasai diri (lihat 1Korintus 9:27); menyenangkan-Nya (lihat 2Timotius 2:4); sehingga layak menerima hidup kekal (lihat 1Korintus 9:25). Terpujilah Kristus!

Doa: “Ya Bapa di surga, mampukanlah hamba agar selalu menjunjung tinggi kemerdekaan yang telah diberikan Putera-Mu, Juruselamat hamba, Yesus Kristus. Sertai, bimbing, dan lindungilah hamba dengan Roh-Mu yang kudus sehingga teguh dalam iman dan dapat melayani. Kasihanilah hamba ya Bapa, ampunilah hamba ya Yesus Kristus, tolonglah hamba ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.”

Janji: “’Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!’ Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. ‘Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu.’ Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: ‘Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.’” -- Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23


Renungan Hari Ini, Senin, 21 Juli 2014


PESTA PARA KUDUS: Santo Arbogastus dari Strasbourg, Uskup; Santo Klaudius, Santa Yulia, Santo Yustus dan Santo Yukundinus dari Troyes, Martir; Santo Konstantinus dari Monte Cassino, Kepala Biara; Santo Laurentius dari Brindisi (Julius Caesar Rossi), Doktor Gereja; Beato Oddino Barrotti, Pengaku Iman; Santa Praxides (Praxedes) dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Victor dan kawan-kawan dari Marseilles, Martir; Santa Wastrada dari Utrecht, Janda, Pengaku Iman; Santo Yohanes dari Moyenmoutier, Pertapa; Santo Yohanes dari Edessa, Pertapa; Santo Zoticus dari Comana, Uskup, Martir.


Source : Renungan Hari Ini



Saturday, July 19, 2014

Kepada Jokowi, Uskup Agung Jakarta Cerita soal Kepemimpinan

 

 

Calon presiden nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi) berorasi di depan warga yang memenuhi jalan dan halaman Pasar Induk Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (19/6/2014). Dalam orasinya Jokowi mengatakan kegembiraannya karena disambut ribuan warga.

Kepada Jokowi, Uskup Agung Jakarta Cerita soal Kepemimpinan

 

JAKARTA, - Pertemuan dengan calon presiden Joko Widodo (Jokowi), Sabtu (19/7/2014), dimanfaatkan oleh Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo untuk bercerita soal tipe kepemimpinan yang ideal bagi masyarakat.
Suharyo mengatakan, tipe kepemimpinan yang ideal itu merupakan bagian dari isi surat gembala uskup kepada seluruh umat Katolik di Indonesia. Surat gembala oleh uskup itu dikeluarkan pada Kamis (17/7/2014).

"Kami kan memiliki ajaran sosial gereja. Salah satunya bagaimana pemimpin yang umat atau masyarakat harapkan," ujar Suharyo usai pertemuan tertutup di kantor Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) di Jalan Cut Mutia Menteng, Jakarta Pusat.
Apa saja kriteria pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat? Suharyo mengatakan, ada empat kriteria pemimpin yang baik menurut ajaran Katolik. Pertama, menghargai kehidupan. Kedua, memperjuangkan kebaikan bersama.

"Ini dalam bahasa Pancasila-nya perjuangkan kesejahteraan sosial," lanjut Suharyo.
Ketiga, bisa menggerakan kesetiakawanan dan solidaritas. Keempat, memberikan perhatian yang lebih bagi masyarakat yang kurang beruntung.
"Saya cerita itu semua ke beliau," ujar dia.

Lantas, apakah Jokowi cocok dengan kriteria tersebut? Suharyo enggan menjawabnya. Dia mengatakan, maksud dia bercerita soal pemimpin yang baik kepada capres nomor urut dua itu hanya untuk referensi saja. Siapapun yang menjadi presiden, lanjut dia, harus memiliki kriteria demikian.
"Itu sangat umum kok. Bukan hanya untuk di Katolik saja," lanjut dia.

Jokowi datang ke KWI diterima oleh Uskup Ignatius Suharyo serta sejumlah pejabat KWI. Pertemuan tertutup itu berlangsung sekitar 30 menit. Usai dari KWI, Jokowi mendatangi kantor Persekutuan Gereja Indonesia (PGI).

Source :   http://nasional.kompas.com/read/2014/07/19/17141491/Kepada.Jokowi.Uskup.Agung.Jakarta.Cerita.soal.Kepemimpinan

 

 

 

Thursday, July 17, 2014

Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga telah menahbiskan 4 orang menjadi DIAKON



 Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga telah menahbiskan 4 orang menjadi DIAKON


Tadi di Seminari Menengah P. Siantar dalam Perayaan Ekaristi jam 17.30 sd 20.00, Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga telah menahbiskan 4 orang menjadi DIAKON, yakni:

1. Diakon Dedi Ananta Sembiring Pr
2. Diakon Irfantinus Tarigan Pr
3. Diakon Limson Manalu Pr
4. Diakon Hamjani Fransiskus Simbolon Pr.

Kita ucapkan selamat bagi keempat diakon ini, dan semoga tak lama lagi mereka ditahbiskan menjadi Imam.


Source : FB Leo Sipahutar Ofmcap

Di Mata Indonesia, Palestina Lebih Penting daripada Papua

 1405583237184102368

Di Mata Indonesia, Palestina Lebih Penting daripada Papua

  Sejak [8/7], Palestina dan Israel bertikai secara terbuka. Kedua negara saling melepaskan tembakan. Korban pun tidak terhindarkan. Rasa simpati terhadap Palestina datang dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia muncul demo di berbagai daerah untuk mengutuk Israel. Begitu pula ada sumbangan dana dari berbagai komponen masyarakat untuk rakyat Palestina. Bahkan Indonesia, melalui menteri pertahanan Yusgiantoro mengatakan bahwa pihaknya akan segera mengirim pasukan perdamaian untuk menjaga wilayah Palestina. Tidak ketinggalan kelompok garis keras seperti FPI pun mengklaim akan mengirimkan pasukannya.

Menyimak berbagai berita tersebut, saya pun berpikir tentang realitas sesungguhnya yang terjadi di Indonesia, khususnya di Papua. Bahwa di Papua, hampir setiap hari ada manusia yang mati karena berbagai alasan kesehatan (HIV/AIDS, malaria, gizi buruk). Banyak rakyat yang mati karena menjadi korban penembakan kelompok bersenjata. Bahkan tidak jarang, banyak orang Papua, yang mati di tangan TNI dan Polisi, atas nama kedaulatan NKRI. Bukan itu saja, banyak anak usia sekolah yang terlantar dan tidak menerima pendidikan sebagaimana mestinya. Kalau mau disandingkan, situasi di Papua tidak kalah berbahayanya dengan serangan Israel ke Palestina. Tetapi Papua dan penderitaannya dilupakan oleh Indonesia, bahkan oleh sebagian pejabat orang Papua. Rupanya, kalau orang Papua yang mati, itu biasa, tetapi kalau orang Palestina yang mati karena diterjang oleh peluru Israel itu baru luar biasa.
Kalau rakyat Indonesia dan pemerintah Indonesia begitu peduli pada Palestina, mengapa hal yang sama tidak untuk orang Papua? Mengapa ada diskriminasi yang begitu mendalam antara rakyat Indonesia ras melayu dengan orang Papua yang adalah ras melanesia? Mungkin bagi sebagian orang, masalah Papua itu biasa-biasa saja. Orang hanya berpikir, bahwa masalah Papua adalah masalah uang. Kalau orang Papua dikasih uang, itu sudah cukup! Sesungguhnya, Papua memiliki permasalahan yang kompleks. Papua memiliki sejarah. Papua memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Tetapi, persis di atas kekayaan itulah, orang Papua memiliki sejumlah masalah yang pelik, ibarat benang kusut yang sulit terurai.
Bicara tentang masalah Palestina dan Israel, berarti bicara tentang hak asasi manusia. Kedua negara saling mengklaim batas-batas wilayah dan juga ketenangan hidup. Ketika salah satu dari keduanya mencari masalah, maka perang pun pecah. Seandainya, kelompok garis keras Hamas tidak membunuh ketiga remaja Israel secara keji, dan tidak menembakkan roket-roket mematikan ke wilayah Israel, tentu perang tidak akan terjadi. Mungkin ada motivasi lain yang menyebabkan kedua negara saling berperang. Saya tidak mau masuk ke ranah itu, karena sudah terlalu banyak pihak yang memberi perhatian.
Sebagai warga negara Indonesia, saya merasa bahwa nuansa keindonesiaan di Papua kian memudar. Situasi ini terjadi karena sikap malas tahu Indonesia terhadap jerit tangis dan penderitaan orang Papua. Indonesia malas tahu dengan orang Papua! Mungkin itu istilah yang tepat untuk mendeskripsikan sikap Indonesia terhadap orang Papua. Bahkan para pejabat Indonesia, yang berasal dari Papua pun ikut-ikutan malas tahu terhadap sesamanya orang Papua. Contoh ada di depan mata, betapa sulitnya bangun pasar untuk mama-mama Papua di kota Jayapura. Bukan itu saja, para pejabat orang Papua pun kerap mencuri uang rakyatnya. Korupsi merajalela di Papua. Ini kenyataan sosial yang sedang berlangsung di Papua.
Papua memang punya segalanya: emas, hutan, minyak bumi, cenderawasih dan sebagainya, tetapi Papua kurang cantik dan kurang seksi di mata Indonesia. Papua dilihat sebagai pulau orang hitam, keriting, yang berbusana daun dan kulit kayu. Papua hanya menjadi dapur bagi Indonesia. Tetapi anehnya, ketika orang Papua hendak meninggalkan Indonesia, mau merdeka dan berdaulat, Indonesia justru tidak meresponnya. Indonesia takut dan mengirim banyak tentara dan polisi untuk bunuh orang Papua yang minta merdeka. Sesungguhnya, Indonesia terlalu pengecut! Pada titik ini, saya malu menjadi orang Indonesia. Mungkin banyak orang pun malu menjadi orang Indonesia, yang identik dengan teroris, koruptor, plagiat dan berbagai stigma jelek lainnya.
Ibarat pepatah tua: “gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang laut tampak.” Itulah Indonesia. Masalah di Papua belum selesai, setiap hari orang Papua mati, tetapi tidak dibiarkan. Sedangkan saat Palestina digempur Israel karena ulahnya, Indonesia langsung bereaksi. Bagi Indonesia Palestina lebih berharga daripada Papua. Sentimen apa yang menyebabkan Indonesia menjadi buta dan tuli terhadap jerit tangis orang Papua? Apakah kemanusiaan orang Palestina lebih utama dibandingkan orang Papua?
Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Indonesia harus tutup mata terhadap persoalan Palestina-Israel, saya hanya menyesalkan sikap Indonesia yang kurang konsisten memperhatikan rakyatnya sendiri, tetapi mau sibuk dengan negara lain. Indonesia perlu bangun fondasi keindonesiaannya agar mapan, sebelum berkoar-koar mengurusi negara lain. Indonesia perlu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya terlebih dahulu, sebelum mengirimkan jutaan dolar ke Palestina. Sikap solider Indonesia yang berlebihan kurang tepat. Indonesia perlu menata dirinya terlebih dahulu sebelum sibuk dengan negara lain.
Papua adalah salah satu wilayah yang harus menjadi pusat perhatian Indonesia. Orang Papua terlalu banyak menanggung penderitaan karena sikap malas tahu Indonesia. Kini saatnya Indonesia mengarahkan pandangannya ke ufuk timur dan mulai membangun tanah dan orang Papua. Indonesia perlu bangun Papua dengan segenap hatinya, bukan karena terpaksa atau ada motivasi lainnya. Dibutuhkan kejujuran untuk membangun tanah Papua, bukan sikap pura-pura. Jika Indonesia masih terus berpura-pura dengan orang Papua, sebaiknya biarkan orang Papua menentukan nasibnya sendiri di negerinya. Merdeka!
Arso, 15 Juli 2014

Source :  http://politik.kompasiana.com/2014/07/17/di-mata-indonesia-palestina-lebih-penting-daripada-papua-664757.html

ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA






ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA

BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” – Matius 11:28

Bacaan Injil hari ini dapat kita rangkum dalam empat kata: “Datang, tinggal, istirahat, dan percayalah” (lihat Matius 11:28-30). Karena bukan milik dunia, diri ini harus ‘datang’ kepada Yesus (lihat Yohanes 15:19). Itulah sebabnya, orang “mencari Tuhan” (lihat Mazmur 105:3); agar hidup dan menemukan kebahagiaan. Pencarian itu menuntut seluruh usaha berpikir dan penyesuaian kehendak yang tepat, hati yang tulus, dan juga kesaksian orang. Setelah itu, kita harus ‘tinggal’ di dalam Yesus dengan rajin menyantap tubuh-Nya (lihat Yohanes 6:56); agar berbuah (lihat Yohanes 15:4); tidak binasa (lihat Lukas 13:3); menjadi pelaku firman-Nya, kebenaran yang memberi kemerdekaan (lihat Yohanes 8:31-32). Karena tinggal dalam Yesus, orang dapat ‘istirahat’ dalam damai-Nya, yang dikatakan Santo Augustinus dari Hippo: “Hati kami tetap tidak tenang sampai ia menemukan ketenteraman di dalam Engkau,”; sebab hanya Yesus yang bisa memberi “ketenangan” (lihat Matius 11:29). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar “berusaha masuk ke dalam istirahat ini dan tidak mengambil bagian dalam nasib sial seperti mereka yang mendurhaka” (lihat Ibrani 4:11). Jangan biarkan dunia merampok ‘istirahat; mereka di dalam Yesus (lihat Matius 13:22). Terakhir, ‘percaya’ yang berarti menyadari. Setelah ‘datang’, ‘tinggal’, dan ‘istirahat’, mereka harus terus berjuang menyangkal diri, memikul Salib setiap hari, dan mengikuti Yesus dengan menjadi saksi hidup-Nya sehingga mereka bisa ikut menyelamatkan keluarga dan saudara seiman yang lain “dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (lihat 1Timotius 2:4); karena Yesus tak pernah berhenti “melegakan” diri kita semua (lihat Matius 11:28).

Tetapi, orang berperilaku seperti yang dinubuatkan Yesaya di mana mereka mengikuti keinginan tubuh fana untuk menyelamatkan diri sendiri yang berbuah penderitaan, sama seperti “seorang perempuan yang hendak melahirkan”, yaitu: “merintih dan menggeliat kesakitan” (lihat Yesaya 26:17). Tatkala air ketuban pecah, rahim menjadi lebih sering kontraksi bersama semakin meningkatkan rasa sakit sehingga menghadirkan rintihan, airmata, dan tak jarang diikuti oleh teriak kesakitan. Mereka “mengandung”, “menderita sakit bersalin”, tetapi hanya “melahirkan angin” yang “tidak membawa keselamatan” bagi dirinya (lihat Yesaya 26:18). “Sebab tak seorang pun dapat menebus dirinya sendiri atau membayar tebusan kepada Allah untuk kehidupannya” (lihat Mazmur 49:8). Yesaya juga menubuatkan: “Semua amal baik” menjadi “seperti pakaian kotor” sehingga mereka “menjadi layu seperti daun-daun, hilang diterbangkan oleh kejahatan-kejahatan” yang telah dilakukan sehingga tidak berbuah (lihat Yesaya 64:5). Yesus mengingatkan: “Selama kamu tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, maka kamu akan berbuah banyak; tetapi terpisah dari pada-Ku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (lihat Yohanes 15:5); dan mengundang seluruh anak-anak Allah dengan bersabda: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (lihat Matius 11:28-30).

Hukum Perjanjian Lama diibaratkan sebuah kuk (lihat Sirakh 6:25). Tetapi, kuk – yang terdiri dari 612 perintah itu – menjadi beban yang sangat berat. Umat pilihan Allah harus taat bila tidak ingin terhukum, bahkan dengan hukuman mati. “Sebab barang siapa memelihara seluruh hukum, tetapi melanggarnya dalam dalam salah satu segi, dianggap bersalah karena melanggar seluruh hukum” (lihat Yakobus 2:10). “Terkutuklah dia yang tidak menegakkan perkataan Taurat ini dengan melaksanakannya!” (lihat Ulangan 27:26). “Orang yang benar akan hidup karena kesetiaannya” (lihat Habakuk 2:4), “oleh iman, orang benar akan hidup” (lihat Galatia 3:11). Bersyukurlah, karena “Kristus telah meluputkan kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan Ia sendiri menjadi kutuk demi kita” (lihat Galatia 3:13). Yesus sendiri sudah mengingatkan agar diri ini datang kepada-Nya bersama beban kutukan yang berat itu agar Dia “memberi kelegaan” (lihat Matius 11:28). Sebagai Allah, Yesus memberi kita kuk yang lain agar kita “mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (lihat Matius 11:29-30). Yesus bukan untuk menghapus hukum Taurat, tetapi menggenapinya (lihat Matius 5:17); dengan ukuran yang lebih tinggi dari hukum lama pada hubungan antar sesama, moralitas seksual, pernikahan, berbicara, keadilan, dan kasih (lihat Matius 5:20-47). Yesus memberi ratusan perintah tambahan dari 612 perintah lama sehingga terasa semakin mustahil. Tetapi, dengan tegas Dia berkata: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (lihat Markus 9:23).

Salah satu perintah-Nya yang sangat mustahil adalah: “Kamu harus berlaku benar dan sempurna seperti Bapa-mu di sorga pun benar dan sempurna” (lihat Matius 5:48).Tubuh fana akan mendatangkan rasa takut dengan menghadirkan pikiran: “Bagaimana mungkin kuk Yesus yang sangat berat itu menjadi mudah dan ringan?” Ya, bila orang memaksakan kehendak dan kekuatan sendiri (lihat Yesaya 26:12). Yesus tahu keterbatasan diri ini dan tidak menyuruh mematuhi perintah dan membawa kuk-Nya dengan cara atau kemauan kita, tetapi mempercayakan sepenuhnya pada kasih karunia-Nya agar yang mustahil itu terlaksana (lihat Lukas 1:37). Selain, kesediaan memikul kuk sebenarnya datang dari karunia-Nya, bukan hasil kerja diri ini (lihat Efesus 2:9); yang telah dijanjikan Yesus: “Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (lihat Matius 11:28). Jadi, tatkala kasih Allah mendatangkan niat untuk memikul kuk-Nya, tugas kita percaya pada belas kasihan-Nya (lihat Yesaya 26:8); sambil berseru: “Allah Tuhan-ku adalah kekuatanku: Ia membuat kakiku ringan seperti rusa dan meneguhkan langkahku di tempat yang tinggi” (lihat Habakuk 3:17-18). Ajaklah keluarga dan saudara seiman datang kepada Yesus tanpa motif apa pun, tanpa syarat, dan tidak ada agenda lain kecuali hanya untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan, dan dengan segenap akal budi sambil mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (lihat Lukas 10:27); yang ditegaskan Rasul Petrus: “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia” (lihat Kisah Para Rasul 4:12).

Kita semua mungkin sama seperti Musa, yang pada saat ini sedang menyelidiki dan ingin tahu lebih baik tentang Allah. Begitu bertanya: “Siapakah Engkau, ya Allah?”, jawaban yang akan kita terima: “Aku adalah Aku” (lihat Keluaran 3:14). Allah adalah: “Gunung Batu yang kekal” (lihat Yesaya 26:4); “Kudus” (lihat Imamat 19:2); “Sempurna” (lihat Ayub 11:7); “Yang Mahatinggi” (lihat Ayub 37:23); “Kehidupan” (lihat Ulangan 30:19); dan “Keselamatan” (Kisah Para Rasul 4:12). Jadi, tidaklah mengherankan kalau ‘Siapakah Engkau, ya Allah’ dapat berbuat apa saja bagi diri ini, yang adalah utusan-Nya. Pandanglah Yesus yang tersalib dan sampaikan hal-hal yang ingin diketahui. Oleh belas kasihan-Nya, Yesus akan membawa anak-anak Allah ke Kalvari untuk menyerahkan salib bagi kita. Ketika berjalan bersama-Nya, Yesus akan mendampingi agar kebenaran-Nya terpelihara (lihat 1Timotius 5:18; 1Korintus 9:7-10). Meski penuh tantangan dan cobaan, diri ini “sungguh-sungguh bebas” (lihat Yohanes 8:36). Allah tidak akan memberi anugerah salib yang melebihi kemampuan kita (lihat Matius 11:30). Pikullah kuk yang dipercayakan-Nya (lihat Yeremia 27:12); dan jadikan Yesus sebagai Pemimpin. Sebab, semua pengikut-Nya ditakdirkan seperti Simon dari Kirene, yang berani menjalani penderitaan penebusan dengan memikul salib “sambil mengikuti Yesus” (lihat Lukas 23:26). Oleh karunia Roh Kudus, kita dikuatkan dan diberi “kelegaan” untuk sampai ke tempat perhentian (lihat Ibrani 4:11). Berserulah: “Ya Yesus, ajarkanlah terus agar saya semakin lemah lembut dan rendah hati seperti Engkau” (lihat Matius 11:29).

Setelah ratusan tahun mengutus Abraham menjadi Bapa bangsa Israel, Allah memperkenalkan diri kepada Yosua, orang pilihan-Nya. Setelah seribu tahun lebih, Yesus, Putera Allah, memberitahu tentang cara menyapa Allah. Kita tak lagi hanya tahu Allah sebagai: “Aku adalah Aku”, tetapi diajarkan menyapa Allah sebagai “Bapa” (lihat Lukas 11:2; Matius 6:9). Artinya, Allah telah bersedia mengangkat diri ini menjadi anak-anak-Nya. Kita menjadi orang pilihan yang sungguh dikasihi. Diri ini menjadi bagian dari bangsa yang terpilih, yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (lihat 1Petrus 2:9). Bersama dan di dalam Kristus, kita menjadi ahli waris karena berhak menerima janji-janji Allah (lihat Roma 8:17). Diri ini tak akan pernah tahu, meski mencoba merancangnya sekalipun tentang rencana Yesus terhadap kita. Sebab, Dia adalah Allah (lihat Yohanes 1:1). Yang jelas, ketika semakin mengenal Allah lebih baik, diri ini berhadapan dengan pemberontakan yang dilakukan tubuh fana. Sebab, yang selama ini dihalalkan tiba-tiba dihentikan. Gejolak batin terasa begitu pahit, getir, membuat frustrasi, dan mungkin setiap hari orang terus-menerus marah kepada Yesus. Tetapi, bila rajin menghadiri Misa, termasuk Misa harian, mereka akan menerima “kelegaan” yang datangnya dari Allah (lihat Matius 11:28); karena lebih sering memandang dan menyatukan diri dengan Yesus sehingga kita dengan penuh sukacita menanggapi sabda-Nya -- “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu” (lihat Yohanes 20:21) – dengan berseru: “Ini aku, utuslah aku!” (lihat Yesaya 6:8). Terpujilah Kristus!

Doa: “Ya Bapa di surga, hamba berjanji untuk bermegah pada Salib yang telah dianugerahkan oleh Putera-Mu, Tuhan hamba, Yesus Kristus. Hamba yakin dan penuh percaya diri ini akan dimampukan dalam memikulnya. Dikuduskanlah Engkau ya Bapa, terpujilah Engkau ya Yesus kristus, dimuliakanlah Engkau ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.”

Janji: “Tetapi Engkau, ya Tuhan, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap turun-temurun. Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila Tuhan sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari sorga ke bumi, ntuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh.” – Mazmur 102:13-21

Renungan Hari Ini, Kamis, 17 Juli 2014
BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

PESTA PARA KUDUS: :Santo Acyllinus (Aquilinus), Santo Cythinus, Santo Donata, Santo Feliks, Santo Generosa, Santo Januaria, Santo Laetantius, Santo Nartzalus, Santo Secunda, Santo Speratur, Santo Vestina, santo Veturius, Martir Scillium; Santo Alexius (Alexis) dari Roma, Pelindung Pengemis; Beata Anne Petras, Beata Madeleine Brideau, Beata Marie-Geneviève Meunier, Beata Rose Chrétien, Martir Karmelit dari Compiegne; Beato Ceslas (Ceslaus) Odrowaz dari Polandia, Pengaku Iman; Santo Klemens dari Ohrid (Okbrida), Uskup; Santo Cynllo dari Wales, Pengaku Iman; Santo Fredegand Kerkelodor, Kepala Biara; Santo Generosus dari Tivoli, Martir; Santo Gorazd, Rasul Bulgaria; Santo Hugh Muda dari Lincolnshire, Martir; Santo Hyacinthus dari Paphlagonia, Martir; Santo Kenelm (Cynehelm) dari Kenelstowe, Martir; Santo Leo IV, Paus Ke-103; Santo Magnus Feliks Ennodius dari Pavia, Uskup; Santa Marcellina dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Nerses Lambronazi dari Tarsus, Uskup; Beato Pavel Peter Gojdic dari Yunani, Uskup; 12 Martir Sicilia; Beata Tarsykia Matskiv, Martir Ukraina; Santo Theodosius dari Auxerre, Uskup; Santo Turninus dari Antwerp, Pengaku Iman.

Wednesday, July 16, 2014

Jokowi Satu Front dengan Penderitaan Rakyat NTT

Jokowi  Satu Front dengan Penderitaan Rakyat NTT

Jokowi  Satu Front dengan Penderitaan Rakyat NTT


Pengamat politik menilai Jokowi dan Jusuf Kalla akan  kuat di  NTT. Pasalnya,  sosok Jokowi dikorelasikan sebagai manusia satu front dengan penderitaan rakyat NTT yang masih miskin.  Pengamat  juga memprediksikan pasangan Jokowi-JK lebih berpeluang memenangkan Pilpres 2014 karena memiliki rekam jejak yang baik. Lalu, apa saja harapan  bagi pembangunan birokrasi sesuai tuntutan reformasi 1998 ? Berikut kutipan wawancara khusus suaraflores.com dengan Pengamat Politik jebolan Universitas Gajah Mada (UGM), Pius Rengka:
SF        : Apa pendapat Anda  terhadap Pilpres 2014 dan kebutuhan reformasi 98?
Pius      : Pilpres adalah proses normatif politik demokrasi. Dengan  keterbatasan jumlah calon yang hanya dua, membuat rakyat perlu sungguh cermat mana capres dan wapres yang reformatif. Saya duga, orang cenderung memilih Jokowi karena Jokowi memiliki rekam jejak yang sangat positif dan cocok dengan semangat reformasi
SF        : Jika Anda menduga Jokowi akan mendapat dukungan besar, apa saja kebutuhan mendesak yang harus dilakukan Jokowi-JK sesuai tuntuan reformasi?
Pius      : Pertama, masalah penegakan hukum yang menyentuh semua dimensi sosial demokrasi. Misalnya, harus tegas penegakan hukum terhadap orang atau kelompok antim ultikulturalisme di Indonesia. Juga tegas dalam urusan membasmi korupsi di level manapun. Setelah itu,memperbaiki birokrasi yang lamban dalam mengelola kepentingan rakyat. Sedangkan kemakmuran ekonomi atau kesejehatraan itu adalah akibat dari pemerintahan yang bersih dan kejelasan hukum yang terang itu.
SF        : Dalam konteks lokal, apa yang perlu dilakukan Jokowi, agar ada sinergis antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten kota. Sebab adanya otonomi membuat kepala daerah merasa seperti presiden di daerah?
Pius      : Karena itu, reformasi regulasi itu penting, agar koordinasi itu jelas. Koordinasi jelas juga harus diiimbangi dengan politik anggaran yang memenuhi harapan propinsi serupa NTT ini. Saya sejak lama mengatakan bahwa NTT butuh transportasi laut yang relatif masif agar mobilitas sosial dan horisintal masyarakat NTT lancar. Implikasinya jamak, termasuk implikasi terhadap demografi dan demokrasi, ekonomi dan sosial budaya
SF        : Otonomi kita masih setengah hati, begitu banyak anggaran pusat yang masuk ke daerah tapi sayang banyak pula satuan kerja milik pemerintah pusat ada di daerah. Jadi dana bukan dikelolah pemerintah daerah tapi pemerintah pusat. Terobosan apa yang perlu dilakukan Jokowi, agar esensi otonomi benar-benar dirasakan daerah?
Pius      : Pemerintah daerah juga harus sanggup menjadi variabel kunci di daerah Dan karena itu, demokrasi di daerah harus sanggup melahirkan aktor politik yang berkualitas kunci juga. Bukan melahirkan bandit baru yang bersalin pakaian saja.
SF        : Dalam konteks kepentingan memajukan pembangunan NTT sebagai kawasan perbatasan, apa saja yang perlu menjadi perhatian Jokowi jika terpilih?
Pius      : Kawasan perbatasan selalu menjadi wilayah krisis yang berbasis kesejahteraan ekonomi. Karena itu, level kemakmuran kawasan perbatasan harus diperhatikan dan dikerjakan oleh aktor politik yang tepat juga. Rakyat kita pun sering keliru, memilih manusia keliru entah di legislatif maupun ekskutif. Jadi, rakyat ini lemah juga SDMnya.
SF        : Apa saja keunggulan Jokowi sehingga mendapatkan dukungan yang besar?
Pius      : Menurut saya, pertarungan akan sangat sengit di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi di Indonesia Timur, secara khusus NTT,  Jokowi akan unggul. Keunggulan Jokowi karena reputasinya sangat positif, sedangkan lainnya berusaha untuk memperbaiki citra masa silamnya.Jokowi itu sederhana, jujur, tegas dan kerja keras. Dia juga orang sangat baik, mencintai rakyat miskin.(Bk/sf)

Source suaraflores.com

Magnis Suseno: Saya khawatir jika Prabowo terpilih

Magnis Suseno: Saya khawatir jika Prabowo terpilih

Magnis Suseno: Saya khawatir jika Prabowo terpilih


Wawancara khusus dengan Romo Frans Magnis Suseno,SJ
SUARAFLORES.COM,- Dua hari lalu, surat terbuka dari Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara sekaligus tokoh rohaniawan Katolik Romo Frans Magnis Suseno menyebar luas. Dalam surat itu dia menyatakan tidak memberikan dukungan kepada calon presiden Prabowo Subianto lantaran disokong oleh orang-orang garis keras.
Romo Magnis takut jika Prabowo terpilih kerukunan dan toleransi umat beragama bakal menjadi mimpi belaka. Kenapa? Menurut dia, manifesto Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) soal pemurnian agama merupakan ujung tanduk pembatasan toleransi umat beragama.
Dia memberi klarifikasi, dia bukan membuat surat terbuka namun mengkritik isi dari manifesto Gerindra. “Yang jelas itu salah, saya sudah sering mengatakan seperti itu,” katanya semalam. “Saya juga denger mau dicabut tapi tidak juga di cabut. Tetap ada di manifesto itu.”
Berikut penuturan Romo Magnis kepada Arbi Sumandoyo dari merdeka.com saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Kemarin Anda menulis surat terbuka untuk Prabowo?
Nah ini sudah keliru. Saya tidak kirim surat kepada siapa-siapa. Mungkin dari saya kirim surat elektronik mengenai masa depan bangsa tetapi saya tidak kirim surat kepada Pak Prabowo sama sekali.
Kemarin beredar di media surat terbuka ditulis oleh Anda?
Saya tidak tahu surat yang mana, di mana saya jelaskan mengapa saya tidak bisa memilih Prabowo. Itu teksnya. Kalau itu tidak ada, bukan dari saya.
Surat terbuka itu bertanggal 25 Juni?
Katanya juga ada di Tempo saya baca tapi saya tidak pernah kirim surat.
Jadi surat beredar bohong?
Itu tergantung karena ada beberapa yang beredar saya menulis saya tidak akan mendukung Prabowo karena lingkungannya. Kalau di surat itu ada kata lingkungan saya buat. Ada nggak kata lingkungan?
Di surat itu tertulis Anda tidak mendukung karena Prabowo didukung oleh Islam garis keras?
Itu ada benernya. Artinya mereka mengharapkan Perang Badar, itu yang saya kritik. Saya tidak melihatnya, tapi saya menulis saya sangat prihatin dengan Perang Badar dan sebagainya.
Jadi Anda tidak menulis surat tapi mengkritik soal pernyataan Amien Rais?
Saya menjelaskan mengapa saya tidak memilih Prabowo karena dia begitu diharapkan oleh orang-orang garis keras dalam konteks calon presiden kepada kerangka Perang Badar. Selasa sore kan juga di Yogyakarta, Prabowo ingin diberikan gelar panglima, tapi itu ditolak oleh Prabowo karena dia nggak mau gelar itu.
Apakah itu ketakutan Anda tidak memilih Prabowo?
Ketakutan saya adalah kalau Islam garis keras yang mengharamkan, misalnya mengharamkan memilih nomor dua. Bagaimana dia membayar kembali utang mereka itu. Dan orang-orang itu mendukung dia jadi presiden dan dia akan membayar kembali utang-utang itu.
Artinya Anda menduga ada kontrak politik atas dukungan itu?
Jelas kan, mereka amat mendukung akan mengharapkan kemudian dukungan itu dijawab. Tidak perlu ada kontrak. Sudah biasa itu.
Anda yakin jika Prabowo jadi tidak ada jaminan soal toleransi beragama?
Ya, misalnya di Yogyakarta dua hari lalu, mereka mengharapkan dia menjadi panglima perang menentang ajaran sesat apa saja. Dalam manifesto perjuangan Gerindra juga dibuat, negara wajib melindungi kemurnian agama terhadap penyelewengan dan sepertinya.
Itu sangat mengkhawatirkan bagi saya. Negara tidak sama sekali bertugas mengurusi kemurnian agama. Sejak kapan negara dapat tugas seperti itu.
Berarti ada yang salah dalam manifesto itu?
Yang jelas itu salah, saya sudah sering mengatakan seperti itu. Saya juga denger mau dicabut tapi tidak juga dicabut. Tetap ada di manifesto itu.
Siapa yang ingin janji mencabut manifesto Gerindra itu?
Yang jelas saya baca Pak Hashim mengatakan itu sebuah kekeliruan dan itu ingin dicabut dan ternyata tidak dicabut. Dari situ saya menarik kesimpulan tidak bisa pengaruh Pak Hashim terhadap Gerindra dan Prabowo.
Jadi ini ketakutan Anda dalam toleransi beragama?
Ya, itu ketakutan bahwa kebebasan beragama itu terancam. Mengingat adanya manifesto itu, mengingat juga adanya harapan pendukung beliau.
Manifesto itu bukan bisa jadi nantinya tidak bakal dijalankan oleh Gerindra?
Oh iya, saya tidak tahu apa akan dijalankan. Saya punya kekhawatiran.
Jadi menurut Anda, dari dua calon presiden ini, siapa mendukung toleransi beragama?
Model saya itu bukan saya memilih paling baik tetapi saya mencegah yang saya anggap bermasalah. Jadi dalam hal kebebasan beragama saya melihat masalah dukungan dari orang-orang garis keras. Dan melihat ini dianggap sebagai perang institusi. Saya membaca manifesto di mana negara akan mencampuri urusan agama-agama, lah gimana itu?
Harusnya negara tidak mencampuri warganya dalam kebebasan beragama?
Memang…memang. Harus kalimat itu dihilangkan dari manifesto partai menjadi dasar mereka kemudian merumuskan arah politik.
Jadi boleh dibilang jika Prabowo jadi, kerukunan umat beragama sama seperti saat ini?
Nggak lah, kerukunan beragama itu terlalu sederhana. Yang pertama perlu adalah hormat terhadap identitas dan melindungi segenap kelompok warga negara ada di negara ini. Kita akan rukun jika kita tidak saling mencampuri, kamu harus lain, kamu harus seperti aku. Paling penting adalah saling menghormati itu adalah hakikat dari Ketuhanan Maha Esa.
Jadi tidak ada intervensi?
Juga di dalam masyarakat bersedia menerima orang dengan keyakinan religius itu, iya. Karena dalam agama tidak boleh ada paksaan. Kok begitu sulit orang menerima itu. Sebulan lalu saya kaget membaca rumusan dari manifesto Gerindra itu dan itu membuat saya khawatir akan kebebasan beragama.
Bagaimana kita bisa rukun jika kita tidak mengerti dalam identitas religius. Kalau diakui kerukunan itu pasti berhasil.(sumber:merdeka.com/sf)

Tuesday, July 15, 2014

Mary Presents to Happiness my Mothers.

Foto: Maria
 Presenteia com  Felicidade,

  As  minhas Mães

Mary 
  Presents to Happiness   
my Mothers.

Maria 
  Presenta felicità   
Mia  Madres.

Marie 
  Présente au bonheur 
ma Mères

Mary 
Presents to Happiness
my Mothers.



On the Word of the Lord and the Message of Our Lady



On the Word of the Lord and the Message of Our Lady

Dear brothers and sisters,
Ave Maria!
We celebrate the Solemnity of Pentecost this Sunday, which concludes the Easter Season. This is the peak moment in salvation history. The awesome Spirit marks the definitive fulfillment of the Father’s redemptive plan, which Jesus wonderfully accomplished. It also ushers in a new order of creation and the birth of the Church to carry on the mission that Jesus began.

For Our Lady’s message, we will read No. 226: “Come, Holy Spirit.” Here, she invites us to the cenacle of her Immaculate Heart, which disposes us to receive the Spirit in fullness.

I. GOSPEL READING (John 20:19-23)

On the evening of that first day of the week, when the doors were locked, where the disciples were, for fear of the Jews, Jesus came and stood in their midst and said to them, “Peace be with you.” When he had said this, he showed them his hands and his side. The disciples rejoiced when they saw the Lord. Jesus said to them again, “Peace be with you. As the Father has sent me, so I send you.” And when he had said this, he breathed on them and said to them, “Receive the Holy Spirit. Whose sins you forgive are forgiven them, and whose sins you retain are retained.”

Points for Reflection

In the Gospel, John narrates the giving of the Spirit right on that evening when Jesus first appeared to his disciples (Jn. 20:19, 22). For John, the Resurrection and Pentecost are tightly intertwined, as both point to the fulfillment of God’s plan. Interestingly, Luke begins his account on Pentecost with a special note in the First Reading that “the time was fulfilled” (Acts 2:1). Seeing a parallel in the two narratives, it would help in our reflection if we read them side by side with each other.

1. A Foreshadowing of the Church

The gathering of the disciples inside the room is a very significant detail in John’s narrative. The disciples were there not only to see the proof of the Resurrection, but also to foreshadow the soon-to-be-born church. Luke writes with a similar detail in his account on the Pentecost: “they were all in one place together” (Acts 2:1). It is very typical of the disciples to gather. This was also the case after the Ascension: “they are found gathered in the upper room (cenacle), devoting themselves in prayer with Mary.” (Acts 1:12-14)

This was how the disciples foreshadowed the Church. From the Resurrection to the Ascension, up to the Pentecost narratives, they were gathered in prayer with Mary in expectation of the Spirit. Remarkably, the Preface of the Mass evokes this image: “As the apostles awaited the Spirit you had promised, Mary joined her supplication to the prayers of the disciples and so became the pattern of the Church at prayer.” (Preface on the Memorial of Mary, Model and Mother of the Church). This serves as a reminder to us that we must live as a church in the manner by which it has been foreshadowed and born.

2. The Breath of the Mighty Spirit

Jesus “breathed on them and said: Receive the Holy Spirit.” This is reminiscent of Creation when God formed man out of dust and breathed into him His Spirit (Gen. 2:27), a clear sign of God’s plan to impart divine life to man, made in His image and likeness. In the Gospel, Jesus “breathed on them” the life-giving Spirit, bringing back the great inheritance of divine life that was lost because of sin. His Resurrection brings about the Divinization of man.

Luke described the Spirit at Pentecost as “a strong driving wind” and “tongues of fire,” alluding to an earlier account of Creation when “a mighty wind swept over the waters . . . and then there was light” (Gen. 1:2-3).

What for John is life-giving Spirit is the mighty empowering Spirit in Luke's Gospel.

3. The Commissioning

Having received the Spirit, the disciples were commissioned to carry on the work of the Lord in the world which is to bear witness to the reality of God’s presence as revealed by Jesus.

For John, the mission is forgiveness. This is very distinctive of John because, among the apostles, he was the only witness of forgiveness at Calvary. Sanctified by the Spirit, the disciples must be Jesus’ forgiving presence through the Sacrament of Confession, an action reserved only for the Divine. For Luke, the mission is about proclaiming in various languages “the mighty acts of God.” This indicates the Church’s universal mission and nature. Since birth, the Church is “catholic” (meaning: universal) as the Spirit manifested through the various languages.


II. OUR LADY’S MESSAGE: "COME, HOLY SPIRIT” (Message 226)


June 7, 1981, Solemnity of Pentecost
Tananarive, Madagascar



a. I am the Spouse of the Holy Spirit.

b. My powerful function as Mediatrix between you and my Son Jesus is exercised above all in obtaining for you in superabundance, from the Father and the Son, the Spirit of Love.

c. By this divine fire, the Church must be renewed and transformed. By this fire of love, the whole world will be made new. At his powerful life-giving breath, new heavens and a new earth will at last be opened!

d. In the cenacle of my Immaculate Heart, dispose yourselves to receive this divine Spirit.

e. The Father gives Him to you to associate you intimately in his very own life and that the image of the Son, in whom He has made to repose all his pleasure, may shine forth in you ever more perfectly.

f. Jesus gives Him to you as the most precious fruit of his redemption, as witness of his Person and of his divine mission.

g. Even in this distant land in which you find yourself today, brought here by me, to hold cenacles with so many of my children, you see the Gospel already spread, through the precious work of the missionaries.

h. Today the whole world must be brought to the fullness of the truth, to the Gospel of Jesus, to the one Church willed and founded by Christ, and this is achieved by the Holy Spirit.

i. The Church must be opened to his divine fire in such a way that, completely purified, it will be ready to receive the splendor of his new Pentecost, in preparation for the second, glorious coming of my Son Jesus.

j. Today I invite you all to enter into the cenacle of my Immaculate Heart in the expectation of receiving in fullness the Spirit of Love which is given to you as a gift by the Father and the Son.

k. My Immaculate Heart is the golden doorway through which this divine Spirit passes to reach you. And so I invite you to repeat often: 'Come, Holy Spirit, come by means of the powerful intercession of the Immaculate Heart of Mary, your well- beloved Spouse.’



Points for Reflection

Our Lady’s presence at Pentecost was very prominent and there are two highly significant reasons for this. First, she was there as mother of the disciples, the role that Jesus gave her at Calvary where he said, “Woman, behold your son." (Jn. 19:26) In fact, she took on this role not on Pentecost, but earlier - right after the Ascension. Second, she was there as Spouse of the Holy Spirit to take part in the second prodigy of the Holy Spirit – the birth of the Church. The first prodigy was the Incarnation, when she conceived and gave birth to Jesus by the power of the Holy Spirit.

The Pentecost event, which ushered in the birth of the Church through the power of the same Spirit, gave greater confirmation of her role as Spouse of the Holy Spirit. And because of this, she received the title "Mother of the Church".


1. Spouse of the Holy Spirit

- Our Lady begins her message with, “I am the Spouse of the Holy Spirit.”

- The word “spouse” is marital language which should not be taken in its literal but, rather, in its mystical sense. The word “spouse” helps express not only the divine union of Our Lady and the Holy Spirit, but also the mysterious birth that this union brings forth. It is a mystery made possible by a powerful divine action, and not by human intervention. We remember that when the angel told Our Lady that she will conceive and bring forth a son (Lk. 1:31), he said that this was to come about because of the Holy Spirit and that the divine power will overshadow her (Lk. 1:35).

- Here is what Our Lady says about this mystery:
“As, through a singular design of the Father, I have become true Mother of the Son, so also have I become true Spouse of the Holy Spirit. The Holy Spirit has given Himself to my soul by an interior and true spousal union, and of this has been born the divine fruit of the virginal conception of the Word in my most pure womb.” (Message No. 521 m)

- Saint Maximilian Kolbe has a very helpful insight on Mary in relation to her title “Spouse of the Holy Spirit.” These two persons – one uncreated (Holy Spirit) and one created (Mary) – conceive Jesus in human history; and they are perfectly united in purpose. In order to describe their intimate union, he made this simple logic: The Holy Spirit is uncreated Advocate, and Mary is created Advocate. Advocacy in the Will of God is their common cause. Since Mary is full of grace and full of the Holy Spirit, her will, prayers and advocacy mirror that of the Holy Spirit.


2. Obtaining the Spirit of Love in Superabundance

- Our Lady is our Mediatrix to Jesus. She can obtain for us the Spirit in superabundance.

- Superabundance pertains to the magnificent work of the Holy Spirit:

a. The renewal and transformation of the Church and of the world in order for the new heavens and the new earth to be opened (226 b-c)

b. For the Father’s gift of divine life and the image of Jesus to shine forth perfectly in us (226 e)

c. To help us give witness to Jesus and carry out his mission (226 f)

d. To lead us to the fullness of truth, to the Gospel, and to the one Church (226 h)

e. To bring us to the splendor of his new Pentecost, in preparation for the second, glorious coming of Our Lord (226 i)


3. The Cenacle of the Immaculate Heart of Mary

- Our Lady invites us to the cenacle of her Immaculate Heart in order to be disposed to receive in fullness the Holy Spirit. (226 d)

- The Immaculate Heart is the "golden doorway" through which this divine Spirit passes to reach us. (226 k)


Let us live the spirit of Pentecost in our cenacles, united in prayer with Our Lady in invoking the Holy Spirit: “Come, Holy Spirit, come by means of the powerful intercession of the Immaculate Heart of Mary, your well-beloved Spouse.”

God bless you all!

WEEKLY REFLECTION
On the Word of the Lord and the Message of Our Lady
A Guide on Living Our Consecration to the Immaculate Heart of Mary

Pentecost Sunday (Year A)
Gospel: John 20:19-23
Blue Book Message: Come, Holy Spirit (226)



Yours in the Immaculate Heart,
Fr. Omer Prieto

Tags